Laman

Minggu, 11 Maret 2012

MERINDU PARA PEJUANG


Tubuhku yang sedang lelah ingin beristirahat, tetapi aku tidak mau, masih banyak yang harus aku selesaikan, tubuhku yang lemah ingin mendapatkan haknya, tetapi aku tidak mau, karena aku punya kewajiban, tubuhku yang renta mulai merasakan rasa sakitnya, tetapi aku tidak mau, karena sakit itu akan terobati ketika aku melihat orang lain tersenyum bahagia.
Aku !
Menjadi sentral perubahan dalam setiap aktivitasku, digerakkan dengan jiwa-jiwa penuh semangat, penuh ambisi, penuh motivasi untuk selalu memperbaiki diri. Dulu, aku sempat hilang karena NKK/BKK, aku diam, dikurung oleh penjajah jiwa membara yang siap untuk mengabdi pada Negara. Namun 1998 adalah saksi dimana aku dan saudara-saudaraku meniti perjuangan dan menggapai perubahan “REFORMASI”. Jiwa itu membara dan tidak mudah dinaiki oleh siapapun, hanya orang-orang pilihan, yang bergerak dan terus bergerak dalam diriku, namun sebelum aku mendapatkan itu aku bahkan tak kuasa ketika saudara-saudaraku harus melawan mereka dengan penuh keringat dan kucuran darah, bahkan sampai mengorbankan nyawanya, untuk Indonesia.
Indonesia, Negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, Negara yang kaya akan budayanya, negara yang sebagian orang menyebutnya “atlantis yang hilang”, tapi kini negeri ini sepertinya sedang tertidur, atau bahkan dikerangkeng, sehingga taringnya yang tajam itu, tidak bisa mengoyah kejamnya globalisasi terhadap rakyatnya. Apakah ini akan selalu terus terjadi ? “ yah, sudahlah Negara ini biarkan orang lain yang memikirkan, aku cukup hidup bahagia dengan keluarga dan teman-temanku”. Sungguh tak layak kau bicara seperti itu wahai saudaraku ! kontribusi dalam bentuk apapun yang kau berikan untuk negerimu, kau akan mendapatkan “bonusnya” kelak. Karena aku selalu teringat kepada pekik yang selalu terucap dari jiwa kalian “HIDUP MAHASISWA” dan selalu teringat dengan penggalan kalimat “ Jika kau melakukan yang tidak orang lain lakukan saat ini, maka kau berhak mendapatkan pa yang orang lain tidak dapatkan suatu saat nanti”.
Aku !
Memang belum sebesar ibuku di jalan Setiabudhi sana, tapi aku mempunyai komitmen yang tinggi untuk bisa menggapai perubahan yang kita dan mereka inginkan, yang kita dan mereka idamkan, walaupun mereka hanya memberi cambukan penggugah rasa dengan memarahi ketika salah, dan memuji ketika benar (itukan sudah biasa), aku hanya ingin bertanya kepada kalian yang sekarang bersamaku. Apakah aku dengan jiwa-jiwa yang ada dalam diriku bisa menjadi gelandang pengangkut air untuk seluruh wargaku (duh .. bahasanya . .). pertanyaan itu semoga tidak bisa aku jawab, karena kalian yang akan menjawabnya, yang aku yakini, inilah kita, dengan idealisme yang kita genggam, sebagai Director of Change. Lelah bukanlah alasan, jenuh bukanlah pilihan, mari kembali kepada performa terbaik, performa sesungguhnya, AKU BISA.
Jangan pernah menjadi orang tua yang masih mengerjakan masa mudanya, yang mengutamakan istirahat sebelum lelah, “Tidak ada tempat beristirahat untuk seorang muslim didunia ini, karena tempat istirahat terbaiknya adalah di syurga-Nya nanti”


AKU...BADAN EKSEKUTIF MAHASIWA (BEM), REPUBLIK MAHASISWA (REMA),  UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) TASIKMALAYA



Tasikmalaya, 11 Maret 2012
BEM REMA UPI Tasikmalaya

Jumat, 02 Maret 2012

PERJALANANKU


KESAN PERTAMAKU DI KOTA SANTRI

Agus Sakti Maulana, orang yang pertam kali aku kenal dan aku temui di bumi para santri, dengan segan aku datang ke sini, dengan sejuta harapan dan cita yang ingin aku gapai. aku dipertemukan dengan kang agus (nama yang biasa aku panggil), tidak berfikir panjang aku langsung menemuinya di sebuah kosan akhwat dekat kampus UPI Tasikmalaya, dan diapun menyambutku dengan sangat ramah bagaikan dia menyambut adiknya yang baru datang setelah perjalanan yang sangat jauh.  Namun dengan nada yang agak tergesa-gesa diapun memberikan pilihan kepadaku, “mau langsung ke kampus atau istirahat dulu di kosan akang”, akupun tersenyum dan menjawab dengan nada semangat “saya ingin menyelesaikan tugas saya dulu disini kang, setelah itu baru bisa tenang beristirahat” walaupun pada saat itu tubuhku sedang melemah dengan kondisi setelah perjalanan panjang dari Cibingbin menuju Tasikmalaya hanya dengan menggunakan kendaraan roda dua, tapi aku tidak mau teledor, karena pada saat itu hari terakhir ditutupnya pendaftaran Mahasiswa Baru.
Setelah membicarakan beberapa hal mengenai kedatanganku ke Tasikmalaya, akupun diajak olehnya menuju Kampus UPI Tasikmalaya, pikiranku melayang betapa megahnya kampus UPI Tasikmalaya itu, setelah melihat beberapa foto kampus UPI yang luar biasa. Namun ketika tiba disana, aku malah bertanya kepada kang agus “ kang kampus UPI yang mana ?” dia pun menjawab “ Inilah kampus UPI, UPI Tasikmalaya, yang merupakan bagian dari UPI Bandung”. Aku berfikir kembali, ini bukan kampus, tapi ini bisa disebut gedung Sekolah Dasar, bangunannya saja kalah megah dari SMA ku di Kuningan, tepatnya Cibingbin.
Karena dengan arahan kang Agus dan hasratku untuk belajar disini (walaupun ada dorongan orang tua) aku yakin, disini aku akan berubah, aku yakin disini aku akan meraih prestasi dan aku yakin disini aku akan bertemu dengan orang-orang luar biasa. Setelah itu kami berdua bergerak menuju Aula untuk mengisi Formulir pendaftaran, masih teringat pada saat itu tanggal 17 maret, dan aku dibantu oleh salah satu staf perpustakaan yang sekarang menjadi sahabatku baikku di kampus dan diperpustakaan, Bpk. Geri. Luar biasa orang ini, orang lain melihatnya dari luar mungkin akan terbersit dalam pikirannya, betapa autisnya dan lugunya pak Geri, tapi aku tidak, aku melihat semangat yang berbeda drinya, semangat yang tidak dimiliki orang lain, dan itu terbukti setelah sekian lama aku mengenalnya, dia selalu tersenyum setiap hari dan wajah seperti tidak pernah merasa lelah, bahkan mudah sekali baginya untuk bergaul dan berinteraksi dengan orang lain.
Setelah mengisi formulir itu akupun diajak oleh kang agus menuju kantin untuk mengisi si kantung makanan alias perut, yang tempatnya berada disamping parkiran kendaraan roda dua kampus UPI Tasikmalaya, berkenalanlah aku disana dengan “teteh” atau para dosen memanggilnya dengan sebutan witi, pemilik kantin itu. Orangnya ramah dan aku mudah dimudahkan berkomunikasi dengan orang-orang yang baru aku kenal disini.
Setelah makan disana akupun diajak oleh kang Agus menuju kosan nya yang berada di jl. Siluman kec. Cibereum, naiklah aku pada kendaraan andalanku dan berangkat menuju tempat tujuan selanjutnya bersama kang agus. Namun di Gerbang kampus aku menatap kembali kampus itu dan aku berazam dalam diri, “Aku yang kecil ini akan berubah dan merubah”. Tentu saja gagasan dan ambisi itu tidak keluar dengan sendirinya tanpa memikirkan konsekuaensi dan tantangan yang akan aku hadapi, tapi itulah aku yang tidak ingin merugi karena ingin selalu menjadi lebih baik. Aku tatap kembali kampus itu dan aku teringat perjuanganku sampai aku datang kesini, mondar-mandir mencari informasi, sekolah tidak bisa memberi solusi, bahkan guru BK pun tidak ingin ikut campur dengan keinginanku, pada hari itu, hari terakhir pendaftaran UPI Tasikmalaya, bagaimana tidak khawatirnya aku, melihat keadaan semua itu, sedangkan keingin keluargaku kalau aku tidak kuliah disana aku tidak diperbolehkan kuliah di tempat lain, entah itu merupakan stimulus atau bukan, yang jelas aku merasa lelah pada hari itu. Persyaratan aku kumpulkan dengan tergesa-gesa tanpa dibantu siapapun, dan hari Rabu, Pkl. 10.30 WIB aku berangkat sendiri ke kota Tasikmalaya, kucium tangan kedua orang tuaku yang melihatku dengan tatapan penuh kegelisahan. Dengan mengikuti salah satu kendaraan yang menuju kesana, dalam perjalanan aku selalu bersyukur atas Nikmat yang Allah berikan sampai saat ini, sampai di hari terakhir aku masih diizinkan untuk berusaha meraih apa yang orang tuaku inginkan hingga berubah menjadi keinginanku juga. Khawatir, ya ! aku sangat khawatir, aku belum pernah jauh dari Cibingbin, bahkan aku tidak pernah naik kendaraan sendiri dengan jarak tempuh sejauh itu (maklum orang kampung).
            “Am, Iam, Cepat . . ko malah melamun di gerbang.” Teriakkan kang agus menghamburkan lamunanku beberapa jam sebelum aku sampai di Gerbang Kampus. “ Ya, aku datang kang Agus !”.  “Aku hanya tinggal menunggu datangnya hari seleksi itu, hari dimana aku akan berperang dengan orang-orang terbaik dari wilayah priangan timur” semangat itu semakin berkobar dan menjadi amunisi terbaik sampai saat ini, ketika aku lelah dan mulai putus asa. Dengan senyuman bahagia aku menghampiri kang agus dan berangkat menuju kosannya.
 Terima Kasih Ya Allah, Kau telah memberikanku jalan untuk menuntut ilmu di Kota Santri.






Ilham Mauluddin
Perenungan di subuh hari
Masjid At-Tarbiyah
Tasikmalaya, 03 Maret 2012